Sudah 2 bulan lebih harga minyak dunia terjun bebas, dari kisaran US$ 100 per barel menjadi kisaran US$ 60 per barel.
Hal ini disinyalir adanya unsur "kesengajaan" dari para produsen minyak Timur Tengah, salah satunya Arab Saudi yang menjatuhkan harga minyak dengan tujuan agar investor oil shale Amerika merugi.
Lho kok bisa ?
Apa hubungannya..?
Alasan Pertama : Perang Harga
Dengan produksi 8-10 juta barel per hari, Arab Saudi sudah puluhan tahun menjadi produsen minyak mentah terbesar dunia. Selama puluhan tahun itu pula, produksi minyak mentah Amerika Serikat, yang hanya sekitar separuhnya, bukan tandingan negara Timur Tengah tersebut.
Saat ini Amerika Serikat mulai memanen minyak serpih (oil shale).
Minyak serpih, yang didapat dari lapisan bebatuan yang susah ditambang, sudah mulai bisa diproduksi.
cortesy : http://www.watershedcouncil.org/ |
Oil Shale |
Tapi, dalam lima tahun terakhir, produksi minyak Amerika terus melejit. Bahkan sekarang sudah mendekati produksi Arab Saudi, yakni tidak jauh dari angka 9 juta barel per hari.
Lonjakan produksi Amerika Serikat yang lebih dari 4 juta barel per hari kurang dari lima tahun ini bikin cemas Arab Saudi. Negara ini pun menggelar perang harga minyak agar harga turun dan investor minyak serpih (oil shale) menjadi kapok.
Karena jika harga minyak mentah dibawah US$ 100 seperti sekarang, diperkirakan biaya produksinya tidak akan tertutupi. Hal ini karena minyak serpih mesti ditambang dengan teknologi yang rumit dan mahal.
Alasan Kedua : Konspirasi Politik
Hassan Rouhani menegaskan penurunan harga minyak bukan karena faktor ekonomi |
Dalam pernyataannya, Rouhani tidak secara khusus menyebut negara-negara yang ia anggap bersekongkol menjatuhkan harga minyak dunia.
"Penurunan harga minyak bukan sesuatu yang biasa dan ada kaitannya dengan ekonomi, ini tidak hanya berkaitan dengan resesi global," tegas Presiden Hassan Rouhani.
"Alasan utamanya adalah konspirasi politik oleh negara-negara tertentu melawan kepentingan kawasan dan dunia Islam," kata presiden dalam pertemuan kabinet yang disiarkan televisi setempat.
Penurunan harga minyak dunia membuat Iran semakin kesulitan mengatasi ekonominya. Penjualan minyak menjadi tulang punggung pendapatan negara itu.
Dalam anggaran pendapat belanja negara 2014, harga minyak dipatok US$100, tetapi harga minyak mentah Brent yang menjadi acuan dunia sekarang diperdagangkan pada kisaran US$60 per barel.
Pemerintah Iran sebelumnya berusaha menekan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk mengurangi kuota produksi sebagai upaya mengangkat harga, tetapi dalam pertemuan baru-baru ini OPEC memutuskan tidak mengubah jumlah produksi.
sumber : BBC Indonesia
No comments :
Post a Comment